Loading
Assalamualaikum Wr. Wb. Blogger Informasi . . . Semoga Blog Ini Menarik Untuk Kalian Semua . . .
DEMI MASA

Senin, 19 April 2010

Perangi Rasa Malas



“Maukah kalian kuberitahu orang-orang piihan diantara kalian: yaitu orang-orang yang diberi Alloh umur yang panjang dan punya prestasi kerja dalam hidupnya.” (HR. Ibnu Majah)

Cobalah perhatikan teman-teman di tempat kita bekerja. Perhatikan dengan seksama mereka-mereka yang terlihat bersemangat menyelesaikan pekerjaannya.
Kemudian, alihkan perhatian kita kepada beberapa teman yang terlihat malas dalam bekerja. Lalu bandingkan. Bandingkan gerakan dan bahasa tubuh dua sikap berbeda tersebut saat bekerja. Bandingkan cara mereka menyikapi tugas dari pimpinan, bandingkan hasil kerja mereka. Bandingkan komentar-komentar yang biasa keluar dari lisan mereka. Dan bandingkan pula komentar penilaian yang keluar dari mulut orang lain kepada masing-masing mereka.
Pasti sangat jauh berbeda. Yang bersemangat, gerakan dan bahasa tubuh mereka saat bekerja menunjukkan antusiasme, ia sangat menikmati pekerjaannya. Ketika dia mendapat tugas dari pimpinan, ia lakukan dengan semangat. Semangat itu setidaknya dilatarbelakangi dua hal. Pertama, ia anggap tugas tersebut adalah bahasa lain dari kepercayaan pimpinan dan ia sangat paham kepercayaan itu mahal harganya. Jadi harus dijaga sebaik-baiknya. Kedua, ia melihat itu sebagai sebuah kesempatan untuk menunjukkan loyalitas serta potensi dirinya.
Mereka yang memiliki antusiasme pada pekerjaannya, memiliki orientasi terhadap hasil terbaik sehingga kualitasnya pasti bagus dan tepat waktu. Tidak berkomentar ia terhadap pekerjaan yang diembannya kecuali mengatakan pekerjaan sebagai sebuah tantangan.
Sebaliknya, orang yang malas dalam bekerja, pekerjaannya pasti selalu di bawah standard. Maksimal pas-pasan. Kalau masuk kantor, selalu pas kurang sekian detik. Kalau dikasih target laporan, selalu pas alias mepet-mepet. Hasil pekerjaan tak ada yang inovatif, terlihat sekali karya tersebut hasil sebuah rutinitas belaka. Dan ini yang sering terlihat, beberapa menit sebelum pulang, aktivitas sudah dihentikan. Biasanya barang-barang di meja sudah dikemas-kemas. Atau kadang ada yang masih punya sedikit perasaan. Sekedar melirik-lirik jam saja.
Jangan berharap muncul ide cemerlang dari orang-orang pemalas. Alih-alih memberikan ide, kalau bisa dia berharap, di perusahaan tidak perlu ada ide-ide baru karena baginya ada tambahan ide pasti ada tambahan pekerjaan. MasyaAlloh..
Kalau dia bawahan dia akan melakukan pekerjaan dengan terpaksa. Kalau dia pimpinan, dia akan lemparkan lagi pekerjaannya kepada bawahan. Kelihatan tak mau dibuat susah. Kalau orang yang memiliki antusias akan mencari-cari kesempatan berkarya, maka pemalas akan mencari-cari kesempatan istirahat. Dalam hikayat arab, para pemalas selalu dinisbatkan kepada adiknya kuda yang gagal mewarisi keperkasaan kakaknya, keledai. Benar-benar MasyaAlloh (sambil ngelus dada), bila berhadapan dengan orang-orang pemalas.
Bila kita beberapa tahun sempat membersamai mereka dalam satu kantor, perhatikan bagaimana pertumbuhan karir dan kualitas diri pekerja yang bersemangat dengan yang pemalas. Sama-sama melesat. Tapi yang satu melesat ke atas, yang satu melesat kesamping kanan ke samping kiri, alias oleh HRD dicarikan ”TPA” (Tempat Pembuangan Akhir) yang benar-benar pas. Yaitu yang tak terlalu penting diantara yang penting. Jadi pupuk bawang perusahaan. Atau justru dia dijadikan sang ”juru selamat” oleh perusahaan ketika perusahaan harus mengurangi biaya-biaya. Berkat status ”sangat layak” yang disandangnya, manajer HRD justru sangat merasa berdosa bila tak segera merumahkan dia.
Maka tak ada tempat berprestasi bagi para pemalas. Kalau dalam dunia kepribadian dan manajemen modern mencela habis-habisan karakter-karakter pemalas, maka para pemalas itu jangan merasa aman untuk berlari dan berlindung di balik Islam. Berlindung di balik keindahan kata ”tawakkal”, ”tenang tanpa tergesa-gesa”, ”tidak ingin sibuk kerja lupa akhirat”, atau bahasa lainnya yang sebenarnya cuma alasan. Ketahuilah, sesungguhnya Islam tak kalah keras dalam menekan para pemalas untuk menjauhi sikap malasnya.
Dalam Al-Qur’an akan sangat banyak kita temukan firman-firman Alloh yang menunjukkan bahwa kita harus memiliki semangat dalam melakukan sebuah pekerjaan. Apapun itu, entah pekerjaan urusan dunia ataupun akhirat. Alloh ta’ala berfirman, “Dialah zat yang menjadikan bumi ini mudah buat kamu. Oleh karena itu berjalanlah di permukaannya dan makanlah dari rezekinya.” (Al-Mulk: 15)
Agar rizki datang, berjalanlah jangan diam. Bekerjalah jangan pasrah. Rosululloh juga bersabda ‘Allah mencintai setiap Mukmin yang bekerja untuk keluarganya dan tidak menyukai Mukmin pengangguran, baik untuk pekerjaan dunia maupun akhirat.”(HR Thabrani)
Bila orang-orang yang hanya berpangku tangan dan malas bekerja itu bisanya hanya mengeluh dan iri hati kepada mereka yang berhasil, maka sesungguhnya ia telah menambah kerugian pada dirinya sendiri. Alloh ta’ala tidak akan mengubah nasibnya hanya dengan cara seperti itu. Alloh Maha Adil. Setiap manusia akan diberi, sesuai dengan apa yang mereka usahakan. Alloh ta’ala berfirman :”Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Alloh kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Alloh sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nisa : 32)
Bahkan tak akan ditemui kerasnya permusuhan terhadap sifat malas lebih dari kerasnya kebencian Islam kepadanya. Rosululloh bersabda, “Senantiasa minta-minta itu dilakukan oleh seseorang di antara kamu, sehingga dia akan bertemu Alloh, dan tidak ada di mukanya sepotong daging.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Naudzubillah…
Para PemalasAnti Perubahan
Sekali lagi kita mengambil sampel orang-orang di kantor, karena lebih dekat dengan dunia profesionalisme kita. Perhatikan apa yang akan dilakukan oleh para pemalas ketika ada perubahan walaupun jelas-jelas itu tujuannya baik?. Dia akan bersikap paling anti, banyak mengeluh, kalaupun ikut tapi dilakukan dengan ogah-ogahan.
Pikirannya selalu negatif terhadap perubahan, apapun itu. Jangankan disuruh merubah sistem kerja, suruh pindah meja saja beratnya minta ampun. Komentarnya selalu menebarkan virus kelesuan.
Di satu sisi nalar manusiawi mereka menginginkan kesuksesan. Hanyasanya mereka sangat malas untuk merubah dari cara hidup yang lama ke cara hidup yang lebih positif. Maka ada benarnya bila Enstein berkomentar , ”Orang gila adalah, mereka yang berharap mendapat hasil yang berbeda tetapi pekerjaan yang dilakukan tetap sama”
(Ehem.., bila anda merasa termasuk yang malas terhadap perubahan, demi keselamatan anda mohon singkirkan komentar Enstein tersebut dari jangkauan teman-teman Anda)
Berharap hasil beda tapi yang dilakukan sama. Sangat tidak mungkin berharap gaji naik, penjualan naik, karir naik, atau kualitas diri meningkat bila setiap hari selalu bermalas-malas dengan melakukan pekerjaan hanya itu-itu saja.
Para Pemalas Kehilangan Inisiatif
Karena malas, akhirnya tak biasa mau mengambil inisiatif. Bisanya hanya menunggu. Karena sering tak terbiasa ambil inisiatif, otaknya akhirnya tumpul. Kalau sudah begitu susah untuk dirubah. Yang semula kualitas dirinya bisa dibaik-baikkan di hadapan orang lain, lama kelamaan kualitas rendahannya bisa dibaca dengan mata telanjang. Yang semula tidak terlihat bodoh akhirnya terlihat begitu ”keledai”.
Ah, bukan bermaksud kasar, tapi sejujurnya orang-orang pemalas harus diberi pil pahit agar bisa disembuhkan. Karena tahukah anda, bahwa kemalasan itu bak kasur empuk yang begitu nyaman. Nyuaaman sekali..jadi amat susah untuk ditinggalkan.
Inikah Tawakkal ? (Kisah Umar)
Suatu hari khalifah Umar bin Khattab menemui beberapa orang yang berdiam diri di Masjid. Padahal waktu itu adalah waktu siang dimana orang-orang lain sibuk bekerja. Kepada mereka beliau bertanya, ”mengapa kalian tidak bekerja ?”. Salah seorang diantara mereka menjawab, ”kami bertawakkal kepada Alloh”.
Mendengar jawaban itu, Umar marah besar. Lantas berkata, ” “Kalian adalah orang-orang yang malas bekerja, padahal kalian tahu bahwa langit tidak akan menurunkan hujan emas dan perak !!”
Kemudian Khalifah Umar mengusir mereka dari Masjid namun tak lupa beliau memberikan biji-bijian kepada mereka seraya berkata, ” “Tanamlah dan bertawakkallah kepada Alloh!”
Ah, cukuplah kemarahan Umar tersebut membuat malu para pemalas.
Secara Zahir, antara tawakkal dan malas terlihat begitu mirip. Sehingga bagi sebagian orang, keduanya bisa diseragamkan. Malas alasan sebenarnya, tawakkal dijadikan bumper-nya.
Selama ini sebagian orang memaknai tawakkal dengan keliru. Ada kata yang hilang dari pengertian tawakkal. Seharusnya pengertian tawakkal bukan hanya berserah pada Alloh. Tapi tawakkal adalah menyerahkan ”HASIL KERJA” kepada Alloh. Sekali lagi yang diserahkan bukan kosongan, tapi hasil kerja. Doa yang muncul dari sikap tawakkal yang benar adalah, ”Ya Alloh ini karya yang sudah hamba lakukan, selanjutnya hamba tawakkal terhadap hasil yang akan Engkau berikan”.
Tawakal sangat berbeda dengan malas. Perbedaannya adalah pada keyakinan. Orang yang bertawakkal, dengan keyakinannya terhadap sebuah potensi rizki, baik itu berupa peluang bisnis atau peluang kenaikan karir, akan membuatnya bersemangat menjemput rizkinya di lahan tersebut. Dia akan berusaha melakukan yang terbaik dengan mengoptimalkan segala kemampuannya. Dengan keyakinannya pula selanjutnya dia akan berpasrah secara penuh kepada Alloh.
Sedangkan orang yang malas, pada dasarnya dia tidak punya keyakinan. Dia tidak yakin kalau berbuat ini akan terjadi perubahan ini, kalau berbuat itu akan terjadi perubahan itu. Dia tidak yakin bila melakukan sesuatu lebih baik, lebih semangat, lebih dari yang diharapkan, akan meningkatkan kualitas dan citra dirinya. Karenanya dia memilih tidak melebihkan apapun terhadap pekerjaannya.
Maka tak ada tempat bagi para pemalas. Mereka tak masuk kategori orang-orang pilihan. Pilihan di mata manusia, lebih-lebih pilihan di mata Alloh dan Rosul-Nya, “Maukah kalian kuberitahu orang-orang piihan diantara kalian: yaitu orang-orang yang diberi Alloh umur yang panjang dan punya prestasi kerja dalam hidupnya.” (HR. Ibnu Majah).
Wallohu ‘Alam Bisshowab


Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini
Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar sejauh ini: on "Perangi Rasa Malas"

Posting Komentar